Kamis, 10 September 2009

Entrepreneurial Leadership?

Wednesday, November 28, 2007

Entrepreneurial Leadership?

Dalam sebuah diskusi di Jakarta belum lama ini, V. Winarno, Ph.D, Ketua Sekolah Tinggi Manajemen PPM, menyitir sebuah kesimpulan maha guru manajemen modern Peter Drucker. Menurut Drucker, era ekonomi yang berdasarkan manajemen telah berakhir, dan kita sekarang bergerak ke era ekonomi berdasarkan kewirausahaan. Salah satu alasan yang disebutkan adalah karena manajemen menekankan pola berpikir secara rasional agar organisasi tetap survive. Dengan demikian manajemen, yang oleh Winarno diidentikkan dengan birokrasi, ketertiban, aturan dan prosedur, tak jarang membuat organisasi lambat menjawab perubahan. Keterlambatan ini seringkali tidak memuaskan pelanggan dan pada akhirnya akan merugikan organisasi. Dalam konteks ini ekonomi yang didasarkan kewirausahaan dirasakan lebih baik, karena setiap orang diberi kesempatan untuk melakukan yang terbaik dalam waktu cepat.

Tema diskusi kala itu adalah From Entrepreneur to Intrapreneur: How to Institutionalize Creativity, Innovations, and Intrapreneurship in Your Company. Dalam tema tersebut terkesan ada harapan untuk mencari sejumlah cara agar entrepreneurship spirit dari orang perseorangan [biasanya pendiri organisasi bisnis] dapat ditularkan atau diakomodasi secara sistemik ke dalam sebuah sistem organisasi dan membentuk apa yang bisa disebut sebagai entrepreneurial organization. Untuk itu diperlukan sejumlah intrapreneur alias intra corporate entrepreneur [entrepreneur dalam organisasi]. Dan mereka yang diharapkan memainkan peranan sebagai intrapreneur ini [siapa lagi kalau bukan] para manajer, terutama di lapisan tengah. Mereka inilah yang diharapkan melakukan berbagai kegiatan entrepreneurial dalam organisasi.

Dalam diskusi tersebut, ikut hadir Marius Widyarto Wiwied, CEO PT Caladi Lima Sembilan, produsen kaos C-59 yang sudah memasuki pasar manca negara dengan merek C-Forty Nine. Ia berusaha membedakan antara manajer, entrepreneur, dan intrapreneur. Dari aspek kebebasan bertindak, manajer boleh dikatakan paling tidak bebas. Entrepreneur paling bebas, dan intrapreneur agak bebas. Ini nampak dalam hal pengambilan keputusan. Manajer harus bersetuju dengan penguasa [atasannya], menunda keputusan sampai merasa apa yang diinginkan atasannya tercapai. Entrepreneur mengikuti pandangan pribadi, mengambil keputusan dan berorientasi pada tindakan. Intrapreneur mahir mengajak orang lain menyetujui pandangannya, lebih sabar dan mau lebih berkompromi daripada seorang entrepreneur, sebab bagaimana pun intrapreneur tetap seorang pelaksana.

Laporan hasil diskusi yang dipublikasikan oleh majalah MANAJEMEN tersebut, hemat saya, menunjukkan adanya pergeseran harapan terhadap peran manajer dalam organisasi, baik organisasi bisnis maupun organisasi pemerintahan [terutama BUMN dan BHMN]. Mereka yang menduduki posisi manajerial tidak lagi diharapkan sekadar menjalankan fungsi-fungsi manajemen, karena itu saja tidak cukup untuk menopang pertumbuhan organisasi di tengah arus perubahan yang semakin cepat. Mereka juga diharapkan memainkan peranan sebagai entrepreneur dalam skala dan intensitas tertentu.

Ada sejumlah pertanyaan yang masih perlu dicari jawabannya terhadap pergeseran harapan atas peran para manajer itu. Pertama, apakah hal itu mengukuhkan sinyalemen sementara pihak mengenai matinya ilmu manajemen, atau sekadar menunjukkan bahwa manajemen tetap diperlukan, tetapi tidak cukup [necessary but insufficient]? Kedua, bagaimana dengan peran manajer sebagai pemimpin yang membuat lahirnya istilah Manager-Leader [antara lain dipergunakan oleh Andrew Tani dan kawan-kawan] atau Leader-Manager? Ketiga, jika manajer bisa dibedakan dengan entrepreneur dan intrapreneur, maka apa yang membedakan seorang entrepreneur dan intrapreneur dengan seorang leader? Keempat, apakah kita memiliki sejumlah contoh kasus untuk membuktikan bahwa kehadiran intrapreneur akan membuat organisasi berkembang ke arah innovative and creative organization? Kelima, jika kita ingin membangun sebuah entrepreneurial organization, maka apa saja prakondisi dan kondisi yang diperlukan untuk itu? Dan seterusnya.

Meski pernah memikirkan kemungkinan matinya ilmu manajemen, namun belakangan ini saya menyadari bahwa manajemen [dalam arti birokrasi, aturan dan prosedur] tetap akan diperlukan dalam batas-batas tertentu. Manajemen itu ibarat tubuh manusia yang melaksanakan berbagai aktivitas sesuai dengan arahan akal sehat dan hati nuraninya. Tubuh penting, namun bukan yang terpenting. Kegagalan paradigma manajemen terletak pada dominasinya terhadap hal-hal yang tidak bisa dimanajemeni, yakni spirit manusia. Mungkin itu sebabnya Gede Prama mengumandangkan konsep manajemen sebagai spirit. Manajemen an sich tidak lagi bisa diandalkan sepenuhnya.

Terobosan pertama yang mendobrak paradigma manajemen adalah paradigma kepemimpinan, yang mulai marak sejak akhir dekade 80-an. Jika manajemen mengurusi benda-benda [things] dan kepemimpinan bertalian dengan orang [people], maka dalam pengelolaan sebuah organisasi yang beranggotakan manusia dan memiliki aset-aset non-manusia, manakah yang harus didahulukan atau diprioritaskan? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan menjawab pertanyaan istilah mana yang lebih tepat Manager-Leader atau Leader-Manager.

Terobosan kedua yang mendobrak paradigma manajemen adalah paradigma kewirausahaan, yang boleh dikatakan menyambut meilenium ketiga, abad ke-21. Jika paradigma kepemimpinan berusaha menggugah spirit manusia dalam organisasi, maka paradigma kewirausahaan menantang keberanian bertindak untuk menyatakan spirit tersebut dalam bentuk konkrit yang dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan [stakeholders]. Diperlukan setumpuk keberanian untuk melakukan hal-hal baru [kreatif] atau untuk melakukan sesuatu dengan cara-cara yang berbeda [inovatif].

Tidak terlalu jelas bagi saya atribut macam apa yang membedakan seorang leader dengan seorang entrepreneur. Keduanya pastilah memerlukan keberanian bertindak yang digerakkan oleh visi tertentu. Keduanya pastilah memiliki kecenderungan tidak puas dengan apa yang telah ada [status quo], sehingga berupaya melakukan perubahan dan pembaharuan. Namun jika fokus pengembangan organisasi diarahkan melalui pengembangan manusia dalam organisasi, mungkin itu lebih dekat dengan soal leadership. Sementara fokus pengembangan organisasi melalui pengembangan produk dan/atau jasa yang kreatif [baru] dan inovatif [berbeda], mungkin hal itu lebih dekat dengan entrepreneurship. Dapatkah pengembangan manusia dan pengembangan produk/jasa dalam organisasi dipisahkan secara tegas? Saya tidak tahu. Akan tetapi saya kira isu-isu organisasi akan bergerak dari leadership-management ke entrepreneurial leadership.

Jika benar bahwa kepemimpinan organisasi kini dan di masa mendatang memerlukan pola kepemimpinan yang bercorak kewirausahaan [entrepreneurial leadership], maka bagaimanakah kita membedakannya dengan kepemimpinan yang bercorak manajemen?

Pada titik ini saya kira penegasan Raymond W.Y. Kao, profesor di Nanyang Business School, Nanyang Technoligal University, Singapura, menjadi penting untuk disimak. Menurut Kao, kita harus meninggalkan paradigma bahwa sebuah korporasi adalah mesin produksi uang untuk kepentingan segelintir orang saja [yakni investor yang sibuk mempersoalkan ROI-nya]. Dan sebagai gantinya kita harus menggunakan paradigma bahwa sebuah korporasi adalah sebuah komunitas entrepreneur yang diciptakan untuk menghasilkan kesejahteraan bagi individu dan memberi nilai tambah kepada masyarakat. Dengan kata lain, peningkatan kesejahteraan individu tertentu [para investor yang segelintir itu] hanya dapat diterima sepanjang usaha mereka memberikan nilai tambah bagi masyarakat di sekitarnya. Jika peningkatan kesejahteraan individu diukur dari Return on investment [ROI], maka nilai tambah bagi masyarakat diukur dari Return on labour [ROL, share of fruit of labour], Return on resources [ROR], dan Return on environment [ROE]. Jadi, dengan pendekatan entrepreneurial leadership, sebuah organisasi, terutama organisasi bisnis, tidak boleh hanya disibukkan dengan soal-soal seberapa cepat dan seberapa besar para shareholders memperoleh ROI-nya, tetapi juga soal-soal strategis lainnya seperti ROL, ROR, dan ROE dari kegiatan usahanya.

Dalam sistem politik dan ekonomi yang masih didominasi oleh paradigma manajemen, kehadiran entrepreneurial leader agaknya menjadi kerinduan banyak pihak di negeri ini. Ia bisa diharapkan untuk mengatasi kesenjangan yang amat besar antara kelompok kaya dan kelompok miskin, sebab ia selalu concern tentang perluasan kesempatan kerja dan kelestarian lingkungan hidup dimana usahanya berlangsung. Dan mengingat studi Arie De Geus dalam The Living Company [1997], kita dapat mengatakan bahwa organisasi yang dikendalikan oleh entrepreneurial leader akan menjadi organisasi bisnis yang mampu bertahan dalam jangka panjang [ratusan tahun], karena kepedulian mereka terhadap masalah-masalah socio-ekonomi dan lingkungan hidup di sekitarnya. Demikiankah?

Memulai Bisnis dari Garasi (Kilas Balik Perjalanan TAMZIS)

Memulai Bisnis dari Garasi (Kilas Balik Perjalanan TAMZIS) PDF Cetak E-mail
Ditulis Oleh Administrator
Monday, 02 March 2009
ImagePengusaha sukses dari Amerika, Cameron Jackson (24) pernah mengatakan memulailah usaha dengan modal kecil. Banyak bisnis yang dimulai dengan modal, tempat, jumlah karyawan, pangsa pasar yang serba kecil. Cameron punya sejumlah bukti. Microsoft memulai bisnis dari sebuah garasi mobil. KFC mulai menawarkan ayam gorengnya dengan cara door to door. Nike, industri sepatu raksasa itu, digagas oleh seorang karyawan pabrik yang gemar berjalan kaki. Cameron sendiri memulai usaha hanya dengan menjual barang-barang bekas di lantai bawah orang tuanya.
Di Indonesia juga banyak bisnis sukses dimulai dari kecil. Lembaga Bimbingan Belajar Prima Gama Group, memulai bisnis dari sebuah kamar kost di Yogyakarta. Ayam goreng Nyonya Suharti Yogya, memulai jualan hanya dengan meja bambu di pinggiran jalan. Bob Sadino awalnya juga hanya seorang peternak kecil.
Hampir sama dengan kisah di atas, TAMZIS memulai usaha sejak tahun 1992 di sebuah garasi mobil. Kegiatan TAMZIS pada awalnya lebih bersifat sosial, yaitu penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah yang disalurkan dalam bentuk akad qordul hasan, yaitu pinjaman bergulir tanpa bagi hasil. Penghimpunan dan penyaluran dana qordul hasan ini dimotivasi oleh kenyataan banyaknya masyarakat yang meminjam modal usaha kepada rentenir dengan bunga yang mencekik.

Perkembangan selanjutnya adalah semakin banyak masyarakat yang menitipkan simpanan/tabungan di TAMZIS untuk persiapan aqiqoh, ibadah qurban, ibadah haji dan sebagainya. Tentu saja, untuk bisa mengelola dana tersebut TAMZIS membutuhkan sejumlah biaya. Kalau hanya mengurusi dana qordul hasan yang bersifat sosial, maka TAMZIS tidak bisa memiliki sumber biaya. Akhirnya TAMZIS bermetamorfosa menjadi lembaga keuangan syariah yang mengelola dana secara komersial. Guna menghindari campur-aduk antara dana yang bersifat sosial dengan dana komersial, maka sejak saat itu TAMZIS tidak lagi mengelola dana qordul hasan, untuk mengambil peran lebih spesialis, yaitu bisnis keuangan mikro syariah. Berbagai simpanan masyarakat itu diputar, dikerjasamakan dengan para pedagang mikro/kecil, terutama yang berada di pasar-pasar tradisional.

Keyakinan, amanah, ketekunan, serta profesional merupakan modal utama TAMZIS sejak awal mengelola usahanya. Modal TAMZIS yang berupa uang pada awal kelahirannya ’hanya’ sebesar Rp5 juta (lima juta rupiah). Dari waktu ke waktu kepercayaan masyarakat semakin tumbuh. Semangat profesional yang tinggi semakin mengokohkan TAMZIS dalam membangun tatanan masyarakat ekonomi syariah yang bebas riba.

Perkembangan TAMZIS dari tahun ke tahun semakin menggembirakan. Pada usianya yang ke 16 ini TAMZIS telah memiliki asset puluhan miliar rupiah. Dana tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor mikro dan kecil sebagai modal kerja terutama yang ada di pasar-pasar tradisional. Mereka sebagian besar adalah pedagang kecil yang jumlahnya mencapai 80.000 orang. Dana yang disalurkan itu menggunakan aqad mudharabah atau pun murabahah (jual-beli). Pengertian murabahah adalah sama dengan jual beli, yang disertai sebuah aqad lainnya yaitu wadiah (titipan). Jadi TAMZIS menitipkan sejumlah uang kepada calon pembeli barang, untuk dibelikan barang tertentu. Setelah barang itu dibeli, TAMZIS lalu menjualnya kepada anggota (calon pembeli). Anggota tersebut akan membayar dengan tunai maupun tempo dengan mengangsur. TAMZIS memperoleh keuntungan sesuai dengan kesepakatan bersama.

Sedangkan dana yang disimpan anggota di TAMZIS dikelola dengan menggunakan akad mudharabah dan wadiah yad adhdhamanah (titipan dengan resiko ganti rugi). Simpanan mudharabah di TAMZIS disebut Ijabah, singkatan dari Investasi Berjangka Mudharabah, sedangkan simpanan yang menggunakan akad wadiah dinamakan Simpanan Mutiara. Dengan simpanan Ijabah itu anggota yang berinvestasi ke TAMZIS akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan besarnya nisbah yang telah disepakati, dari sejumlah keuntungan yang dihasilkan oleh TAMZIS. Sedangkan dari Simpanan Mutiara, masyarakat akan mendapatkan bonus (aththoya) sesuai dengan kesanggupan TAMZIS.

Berkat kepercayaan masyarakat yang makin tumbuh, pada tahun 1994 TAMZIS memperoleh penghargaan sebagai Koperasi berprestasi tingkat Nasional, dan sejak saat itu telah diijinkan Pemerintah untuk mengembangkan wilayah kerjanya di seluruh Indonesia. Hingga tahun 2009 ini kantor TAMZIS berjumlah 24 kantor Cabang/Cabang Pembantu, yang tersebar mulai dari Wonosobo, Temanggung, Magelang, Yogya, Klaten, Banjarnegara, Purwokerto, Purbalingga dan Jakarta. Dari sisi peranannya mengatasi pengangguran, hingga tahun 2009 ini TAMZIS telah memiliki karyawan sebanyak 180 orang.

Untuk mengelola sekian banyak kantor serta assetnya, TAMZIS senantiasa berbenah, sehingga tidak menjadikannya besar pasak daripada tiang. Upaya penting yang sudah dilakukan yaitu komputerisasi seluruh sistem keuangannya. Laporan keuangan dari kantor-kantor cabang/capem dilakukan setiap bulan dengan cara online melalui internet. Sistem akuntansinya integrited, sehingga setiap data yang diinput selalu dengan mudah dan cepat bisa diketahui sejarahnya dan mudah diakses kembali. Sisi pengawasan (controlling) di TAMZIS dilakukan secara ketat, melalui auditor internal dan auditor eksternal. Lembaga auditor independen yang mengaudit posisi keuangan TAMZIS yaitu Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry Registered Public Accountants, Jakarta Indonesia.

Pelayanan kepada anggota dengan sistem jemput bola telah menjadi andalan TAMZIS. Dengan jemput bola, anggota TAMZIS tidak perlu meninggalkan tempat usahanya untuk menyimpan, memperoleh modal kerja serta dalam mengangsurnya. Selain melayani simpanan dan pembiayaan, mulai beberapa bulan yang lalu TAMZIS melakukan pengembangan pelayanan bagi anggota dan masyarakat. Pelayanan itu bernama Payment Point TAMZIS, yaitu pelayanan jasa pembayaran listrik, telepon rumah, penyediaan pulsa untuk telepon seluler, serta transfer antar bank, yang menggunakan sebuah perangkat elektronik secara on line.

Pelayanan pada sisi administrasi juga mulai ditingkatkan, yaitu dengan cara menghilangkan biaya administrasi dalam pembiayaan. Sebaliknya, anggota pembiayaan diwajibkan memberikan iuran guna menanggulangi resiko/kecelakan yang mungkin terjadi di masa mendatang. Melalui cara taawun (tolong-menolong berbagi resiko) ini, Alhamdulillah, TAMZIS telah membebaskan ratusan juta sisa pembiayaan anggota yang mengalami kecelakaan, seperti meninggal dunia, kebakaran pasar, maupun kecelakaan lainnya. Pembebasan sisa pembiayaan akibat kebakaran pasar ini pernah terjadi di Pasar Rejowinangun Magelang, Pasar Kliwon Temanggung dan Pasar Wage Purwokerto.

Menyadari betapa masih banyaknya anggota masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga kesulitan mengakses pendidikan yang layak, mulai tahun 2006 TAMZIS meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat di bidang sosial. Cara yang ditempuh yaitu membentuk lembaga sosial bernama Tamaddun yang berfungsi untuk menyantuni para dhuafa yang ada di lingkungan wilayah kerja TAMZIS. Lembaga ini bertugas menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infak, wakaf tunai dan dana sosial lainnya. Dana tersebut bersumber dari zakat profesi dan infak karyawan TAMZIS, para anggota, dana sosial TAMZIS serta dari individu dan lembaga lainnya. Penyaluran dana tersebut dikemas dalam bentuk bantuan modal bergulir (qordul hasan), pemberdayaan peternak miskin serta beasiswa SD-SMP. Sampai akhir 2008 jumlah siswa yang meperolah beasiswa bulanan sebanyak 150 siswa. Rata-rata setiap siswa memperoleh santunan beasiswa sebesar Rp 30.000/bulan.

Ekonomi syariah akan semakin cepat berkembang jika masyarakatnya memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang hal itu. Untuk meningkatkan pengetahuan para pedagang di bidang ekonomi syariah, TAMZIS melakukan sejumlah pelatihan bagi para anggotanya, berupa pelatihan ekonomi syariah serta pelatihan administrasi. Dalam satu tahun terakhir ini pelatihan khusus bagi pedagang tersebut telah dilakukan di wilayah Wonosobo dan Yogyakarta, dengan peserta sebanyak 150 orang.

Semua kerja cerdas tersebut dilakukan demi segera terwujudnya tatanan masyarakat yang bahagia, adil makmur, bebas dari riba, berdasarkan ekonomi syariah. Happy life, happy syariah. Amin Ya Rabbal Alamin (ant)
http://www.tamzis.com/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=9

10 Tips Memulai dan Menjalankan Bisnis Kecil

Banyak literatur dan ahli bisnis yang mengingatkan bahwa modal uang bukanlah hal utama yang penting dalam memulai usaha. Namun sebuah tips dari www.smallbusiness.findlaw.com justru menempatkan masalah permodalan dalam bentuk uang pada tingkatan pertama yang harus diperhatikan dalam memulai dan menjalankan bisnis kecil. Berikut tips yang diberikan:

1. Simpan uang sebanyak mungkin sebelum memulai bisnis Terlalu sering, orang-orang masuk ke bisnis tanpa banyak simpanan secara eksklusif menggunakan pinjaman uang dari teman, bank. Mereka mengecualikan kesanggupan memulai pembayaran kembali pinjaman jalan yang benar dengan keuntungan mereka. Apakah pemilik bisnis ini tidak menyadari bahwa hal tersebut dapat mengambil berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk mendapatkan keuntungan. Dan sekali ketika pemberi pinjaman menemukan sebuah bisnis tidak seberuntung yang diharapkan, ia mungkin akan meragukan pinjaman atau menolak untuk memperbaharui pinjaman untuk tahun lainnya. Sering pemilik bisnis baru kemudian harus mengambil pinjaman home equity atau menggunakan kartu kredit untuk membayar pinjaman mereka. Sebuah rencana lebih baik menyimpan sebanyak mungkin kebutuhan investasi uang, termasuk biaya hidup untuk tahun pertama usaha atau bahkan dua tahun. Rintangannya adalah bahwa bisnis Anda tidak akan dapat untung dalam satu atau dua tahun. Sekalipun Anda mendapatkan banyak dari bisnis yang datang dan pelanggan Anda membayar tepat waktu, dimana tidak selalu sesuatu yang meyakinkan, Anda akan ingin dapat menginvestasikan paling banyak uang Anda kembali ke dalam ruang bisnis, perlengkapan, iklan dan kebutuhan asuransi.

2. Berpikir sederhana. Jangan menyewa tempat jika Anda dapat bekerja di tempat lainnya, dan jangan meng-hire karyawan hingga Anda dapat membuat mereka sibuk. Orang yang memulai bisnis kecil mereka dengan murah, sering dalam sebuah garasi, ruang kecil atau mencari-cari beberapa ruang lain, dan menciptakan barang atau jasa pertama mereka dengan lebih berkeringat dari uang, memiliki kemewahan dari membuat calon kesalahan yang tidak dapat dihindarkan pada skala kecil. Dan dengan tepat karena memutar dengan cepat di awal jangan mengubur mereka dalam utang karena biasanya dapat mempelajari dan memulihkan dari mereka.

3. Lindungi aset pribadi Anda. Ketika Anda masuk dalam bisnis untuk diri Anda sendiri, Anda biasanya secara pribadi dapat dikenakan untuk semua pertimbangan dan utang untuk membuat bisnis. Termasuk pinjaman bisnis, pajak, utang uang kepada supplier dan tuan tanah, dan beberapa pertimbangan melawan terhadap bisnis sebagai hasil tuntutan perkara. Jika Anda tidak melindungi diri Anda sendiri, seorang kreditur dapat berusaha pada aset pribadi Anda, seperti mobil dan rumah Anda, untuk membayar utang tersebut. Ketika Anda dapat melindungi diri sendiri melawan tuntutan perkara dengan membeli kewajiban asuransi, ini tidak akan membantu Anda dengan utang bisnis. Jika Anda akan menjalankan utang besar, pertimbangkan bentuk sebuah perusahaan atau limited liability company. Hanya satu orang dapat membentuk tipe bisnis ini.

4. Mengerti bagaimana dan jika Anda akan membuat sebuah keuntungan. Anda seharusnya dapat menyatakan dalamhanya beberapa kalimat bagaimana rencana bisnis Anda untuk membuat sebuah keuntungan substantial. Untuk pemula, Anda butuh untuk mengetaui biaya Anda, Bagaimana banyak Anda kan menghabiskan persediaan pembelian, membayar sewa, kompensasi karyawan, dan mencakup apa mungkin menjadi sesuatu dengan aneh daftar panjang biaya lainnya. Kemudian Anda dapat memperhitungkan secara tepat bagaimana banyak Anda membutuhkan untuk menjual setiap bulan atau bagaimana banyak uang untuk mencakup pengeluaran tersebut dan memiliki keuntungan cukup disampingnya. Angka-angka ini adalah semua yang Anda butuhkan untuk menciptakan analisis break event.

5. Buat rencana bisnis, tidak masalah seberapa pendek. Memahami angka-angka keberuntungan dan menciptakan sebuah analisis break even adalah langkah pertama dalam membuat rencana bisnis. Untuk perusahaan kecil, porsi kunci dari rencana bisnis adalah analisis break even, peramalan untung rugi, dan proyeksi cash flow. Sekalipun bisnis Anda besar dari pekerjaan atau menjual produk, jika Anda tidak mendapatkan bayaran dalam 90-180 hari, Anda tidak akan bertahan meskipun Anda telah merencanakannya. Dengan cash flow di tempatnya, sebaik sebuah peramalan untung rugi, Anda dapat bekerja dengan ide bisnis Anda dan meningkatkannya sebelum dimulai, dan melanjutkan untuk menggunakannya setelah dimulai.Menciptakan sebuah rencana bisnis juga mengijinkan Anda untuk menentukan biaya dimulainya proyek dan apa strategi pemasaran. Jika Anda tidak dapat membuat angka-angka bekerja pada kertas, Anda tidak akan dapat membuat mereka bekerja dalam kehidupan yang nyata.

6. Dapatkan dan jaga sebuah bingkai kompetitif. Membangun sebuah bingkai kompetitif ke dalam pabrik bisnis Anda adalah secara krusial penting untuk kesuksesan jangka panjang. Beberapa cara untuk mendapatkan bingkai ini adalah dengan mengetahui lebih dari kompetitor, membuat produk yang sulit atau tidak mungkin untuk ditiru. menjadi dapat untuk menghasilkan dan mendistribusikan produk dengan lebih efisien, memiliki lokasi lebih baik, atau menawarkan customer service superior Satu cara menunggu untuk bingkai kompetitif Anda adalah untuk melindungi rahasia perdagangan Anda-informasi rahasia yang memberikan keuntungan kompetitif dalam pasar. Contoh rahasia perdagangan termasuk daftar pelanggan, metode survei, strategi pemasaran, dan teknik manufaktur. Langkah lain untuk menjaga bingkai kompetitif adalah bereaksi secara cepat terhadap berita buruk. Sekali Anda melihat bahwa bisnis Anda menghadapi beberapa jenis kekurangbaikan, Anda butuh untuk datang dengan sebuah rencana untuk sepakat dengan segera. Termasuk didalamnya memindahkan kantor, memperkenalkan produk atau jasa baru, ataumengembangkan sebuah jalan lebih baik untuk mendapatkan pelanggan.

7. Tuangkan semua persetujuan dalam bentuk tulisan. Hukum di negara mensyaratkan Anda untuk memiliki beberapa kontrak dan persetujuan dalam tulisan. Sekalipun tidak disyaratkan secara legal, adalah bijaksana meletakkan hampir semua dalam tulisan, karena persetujuan oral dapat sulit dan tidak mungkin untuk dibuktikan. Termasuk di dalamnya perjanjian rental, perjanjian storage, kontrak untuk layanan, surat penawaran pekerja, order pembelian dan sebagainya

8. Hire dan Jaga Orang-orang yang Bagus. Tujuan Anda seharusnya meng-hire dan mempertahankan dengan sungguh-sungguh karyawan yang ulung, tidak hanya dengan alasan yang kompeten. Seorang yang berkompeten tinggi dan karyawan yang sungguh anstusias paling tidak dua dan kadang-kadang tiga kali seberharga seorang berkeahlian rata-rata. Untuk menciptakan sebuah kekuatan pekerja yang stabil dan senang, penting tidak hanya karyawan Anda percaya diperlakukan secara fair, tetapi bisnis Anda respect. Karyawan dan kontraktor yang suka pekerjaan mereka akan menghadirkan kepada Anda yang baik dalam dan di luar pekerjaan. Dan pelanggan akan lebih mungkin sekali menjadi loyal dan merekomdasikan kepada teman mereka.

9. Ambil perhatian status hukum karyawan. Ketika Anda meng-hire pekerja sebagai kontraktor independen, yakinkan mereka seharusnya tidak seharusnya sungguh dikenakan pajak sebagai karyawan. Satu cara untuk membantu menghindari masalah adalah dengan memiliki kontrak tertulis yang ditandatangani pekerja. Ketika meng-hire karyawan, karyawan menandatangani surat penawaran kerja yang membuat clear hubungan pekerjaan yang akan dijalani.Kecuali pada level eksekutif, Anda tidak seharusnya memiliki karyawan menandatangani kontrak pekerjaan—ini dapat membatasi kemampuan Anda untuk mengubah kondisi pekerjaan sebagaimana kebutuhan perubahan bisnis dan subjek tandar hukum yang lebih tinggi.

10. Bayarkan tagihan Anda lebih awal. Dalam dunia nyata, dimana sebuah reputasi untuk menjaga satu kata adalah aset penting yang besar, strategi baik adalah satu dari dua membayar tagihan di depan atau membayar lebih awal, Anda mendapatkan kepercayaan, membangun sebuah profil kredit yang positif.

Disadur dari www.wirausaha.com; http://pengusahamuda.wordpress.com/2007/12/23/10-tips-memulai-dan-menjalankan-bisnis-kecil/

HARTA KARUN DARI AIR TERJUN

HARTA KARUN DARI AIR TERJUN
Posted by Gede Prama on 2008-04-03 [ print artikel ini | beritahu teman | dilihat 4037 kali ]Ada berbagai macam cara melakukan silaturahmi. Salah satunya melalui SMS. Dan karena keterbatasan waktu dan tenaga, kadang saya mengunjungi sejumlah teman melalui SMS. Pada sebuah kesempatan, salah satu SMS tadi dikirim dengan gambar kupu-kupu diikuti pesan sederhana : "kupu-kupu ini membawa dompet yang isinya tidak pernah habis, yakni persahabatan." Banyak sahabat yang berespon positif dan merasakan diri ini hadir dalam kehidupan mereka sesaat kemudian. Tidak sedikit yang mengatakan tersentuh.

Akan tetapi, di sebuah kesempatan pernah ada suara Ibu yang marah-marah ke saya akibat pesan SMS di atas. Seperti sedang mewawancarai calon karyawan, ditanyalah saya ke sana dan ke mari. Setelah didengarkan secara sabar, rupanya ia curiga sama suaminya. Dia kira pesan SMS di atas datang dari wanita lain dan nama saya hanya dipinjam sebagai judul tipuan. Dan ditutuplah telepon dengan keras tanpa mengucapkan terimakasih.

Inilah sekelumit kehidupan dalam kekinian. Di mana kecurigaan, kekakuan, ketakutan sudah menjadi beban berat kehidupan yang digendong orang ke mana-mana. Kalau kemudian, perjalanan kehidupan terasa sangat berat, lebih karena manusia sendiri yang rela menggendongnya ke mana-mana. Tidak hanya Ibu tadi, sayapun pernah menggendong beban-beban berat yang tidak perlu. Ada beban takut masa depan, ada beban khawatir tentang sekolah putera-puteri, ada rasa khawatir ditinggal orang-orang tercinta.

Hanya saja, setelah mengunjungi kolam-kolam kejernihan, ada rasa bersalah terhadap masa lalu yang tidak berdosa. Masa lalu yang sebenarnya bersih dan jernih, terpaksa harus kotor karena kesukaan untuk takut, ngotot dan memaksa. Dan ketika lelah, baru mengunjungi kejernihan. Dalam salah satu kunjungan saya pada kejernihan, sebuah buku sederhana berjudul Zen Path To Harmony yang berisi kumpulan gambar dan tidak jelas siapa editornya, pernah menghadirkan pesan menyentuh.

Dengan latar belakang gambar air terjun alami nan indah, buku ini mengutip pendapat Chuang Tzu : Flow with whatever may happen and let your mind be free : Stay centered by accepting whatever you are doing. This is the ultimate. Pertama kali pesan ini terbaca mata, ada keindahan, keteduhan dan ketenteraman yang dibawakan air terjun rupanya. Ketika hidup sudah mengalir dengan apa saja yang mungkin terjadi, kemudian dengan modal tadi manusia belajar "terpusat" dengan menerima proses yang sedang terjadi, tatkala itu juga perjalanan sampai di puncak kehidupan.

Mengalir itu modal pertama. Terpusat pada proses yang sedang terjadi, itu modal kedua. Serupa dengan aliran air di sungai, kehidupan tidak saja terus berjalan. Tetapi yang lebih inspiratif, kelenturanlah yang membuat air bisa melewati setiap rintangan. Demikian juga dengan kehidupan. Ada seorang peneliti yang pernah meneliti ciri-ciri kejiwaan orang yang pernah terkena serangan jantung. Rupanya, lebih delapan puluh persen dari lima ratus responden menunjukkan tanda-tanda hidup yang ngotot dan kaku.

Tidak selamanya sikap ngotot dan kaku itu berwajah buruk tentu saja. Banyak kemajuan justru didorong oleh kengototan untuk mencapai tujuan. Cuman, kengototan di semua tempat dan semua keadaan, sungguh sebuah kegiatan yang mencelakakan. Lebih-lebih kalau kengototan itu ditujukan ke orang yang kita temui di cermin setiap harinya. Tidak hanya sering memproduksi penyakit, melainkan juga wajah kehidupan kita hadir di diri sendiri maupun orang lain dengan penuh kerut.

Ada yang menyebut kehidupan mengalir seperti ini sebagai sikap pasrah yang tidak produktif. Dan tentu saja boleh menyebutnya demikian. Cuman, dalam kedalaman kolam kontemplasi, justru dalam mengalir itu sendirilah terletak banyak misteri kehidupan yang tidak bisa diberikan oleh reputasi, harta dan bahkan tahta.

Lebih-lebih kalau keadaan mengalir tadi dilengkapi dengan keterpusatan pada proses yang sedang terjadi ? dan menyongsong hasilnya hanya dengan kendaraan keikhlasan. Sejumlah sahabat jernih menyebutkan, inilah yang kerap disebut dengan pencerahan. Sangat sedikit orang yang pernah sampai di sana. Dan ternyata, harta karun kehidupan terakhir tersembunyi di setiap air terjun.

Dengan kesadaran seperti ini, tentu saja tidak disarankan untuk meninggalkan pekerjaan, keluarga dan bahkan masyarakat untuk pergi ke air terjun. Air terjun simbolik tadi sebenarnya ada di mana-mana, kita bawa ke mana-mana. Suara-suara jernihnya pun berbisik setiap saat. Cuman, melalui kesukaan orang untuk hidup secara ngotot akan hasil, kemudian telinga-telinga kehidupan menjadi tuli akan suara terakhir. Apa lagi kengototan tadi bertemu dengan pikiran yang tidak pernah terpusat di hari ini. Jadilah ia semacam kombinasi yang berujung pada kehidupan tidak nyata. Jauh dari keseharian, jauh juga dari dari kejernihan.

Saya tidak berani menghakimi kehidupan demikian sebagai kehidupan yang keliru. Hanya merasa sayang saja, kalau harta karun yang demikian berharga, yang tersembunyi di air terjun yang kita bawa kemana-mana, kemudian jadi kekayaan yang terbuang percuma. Lebih dari sekadar sayang karena terbuang, keadaan seperti ini juga yang membuat Kabir pernah tertawa : "Saya tertawa, ikan mati kehausan di dalam air!"


http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/2604.htm

GEDE PRAMA Voices of Compassion

Similar to most Balinese who love beauty, Gede Prama also loves beauty. That’s why all of his messages is about beauty. He began to learn beauty through inner dialogues with nature in Tajun Village, North Bali Indonesia. Even though he has published 25 books, chaired a company with thousand of employees when his age was 38, scholarship brought him to continue his study to England and France, attended meditation course led directly by HH Dalai Lama in Dharamsala North India, but he humbly keeps writing and inspiring many lives. It is like “a child who play in the garden of life “, no matter what the result is, Gede Prama finds happiness in writing and inspiring people.

Following his Guru (HH Dalai Lama) teachings: If you want to be happy, practice compassion, if you want others to be happy practice compassion”.

Contact address: gedeprama at dynamicsconsulting.com

admin at dynamicsconsulting.com

http://gedepramainenglish.blogdetik.com/gede-prama-in-brief/