Jumat, 01 Juni 2012

Sekilas Kayu Jabon dan Sengon

PROFIT Jabon dan Sengon Cukup Hingga Anak Cucu
Kayu Jabon adalah jenis pohon cahaya (light-demandera) yang sangat cepat tumbuh. Dialam bebas pernah ditemukan tinggi pohon mencapai 45 m dengan panjang batang bebas cabang 30 m, diameter sampai 100 cm. Batang lurus dan silindris, bertajuk tinggi dengan cabang mendatar, berbanir sampai ketinggian 1,50 m, kulit luar berwarna kelabu coklat sampai coklat, sedikit beralur dangkal, bentuk tajuk seperti payung dengan sistim percabangan melingkar, daun relatif tidak lebat. Sifat batang pohon Jabon sangat menguntungkan dalam pemeliharaan karena tidak membutuhkan pemangkasan dan batangnya mulus tidak bermata. Kecepatan pertumbuhan membesar dan meninggi luar biasa dibandingkan dengan tanaman kayu yang pernah dikenal. Dalam waktu umur 6 tahun telah dapat tumbuh dengan diameter batang antara 40-50 cm dan ketinggian batang mencapai 12 meter sehingga sudah mempunyai nilai ekonomis dibandingkan dengan jenis kayu komersial yang lain. Pohon Jabon berbuah setiap tahun pada bulan Juni-Agustus. Buahnya merupakan buah majemuk berbentuk bulat dan lunak, mengandung biji yang sangat kecil. Jumlah biji kering udara 18-26 juta butir/Kg, jumlah buah 33 butir per kg atau 320 butir/ kaleng minyak tanah. Buah yang berukuran sedang dapat menghasilkan sekitar 8.300 pohon. Biji yang telah dikeringkan dan disimpan pada tempat yang tertutup rapat dalam ruang yang sejuk dapat tahan selama 1 tahun. Tempat tumbuh
Tumbuh pada tanah alluvial lembab dipinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Selain itu dapat juga tumbuh dengan baik pada tanah liat, tanah lempung podzolik cokelat, tanah tuf halus atau tanah lempung berbatu yang tidak sarang. Kayu Jabon dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 1.300 m dpl, memerlukan iklim basah dan mengalami gugur daun pada bulan kering dengan tipe curah hujan A, B dan C. Jabon sanggup bersaing dengan gulma karena pertumbuhannya yang sangat cepat menaungi pesaingnya, sehingga sangat sesuai untuk tanaman penghijauan (reboisasi). Dapat ditanam secara tumpangsari dengan tanaman semusim, dan dapat dipertahankan sampai seluruh permukaan areal ternaungi. Sifat ini sangat menguntungkan dan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi tradisi ladang berpindah yang menjadi kebiasaan masyarakat sekitar hutan. Tanaman Jabon secara alami dapat dijumpai di Kalimantan, Papua, Sumatera, Jawa, dan Sumbawa, juga terdapat dibeberapa negara al : di India, Banglades, Srilangka, Miyanmar, Philipina dan Papua Nugini. Ciri Umum kayu Jabon – Warna kayu krem kekuningan sampai sawo kemerahan. – Tekstur kayu halus tidak bermata sampai agak kasar dengan arah serat lurus, kadang-kadang agak berpadu. – Kesan raba permukaan kayu licin atau agak licin dengan permukaan kayu jelas mengkilap atau agak mengkilap. – Kelas keras II dengan tingkat kekerasan sedang (Moderateli Hard and Heavy), kelas awet V dengan Spesific Gravity 0,40 dan Calorific Value 4.800 calory. Kegunaan kayu Jabon Kegunaan kayu sebagai bahan bangunan non konstruksi, mebel, bahan plywood (kayu lapis). Di India dan Banglades kulit dan bunga tanaman Jabon digunakan sebagai obat tradisional, dan berdasarkan hasil penelitian laboratorium Treug, Puslitbang Biologi–LIPI, dilaporkan kulit dan bunganya mengandung Alkaloida Antosephalus Base. Dengan dapat digunakan sebagai bahan bangunan untuk kebutuhan perumahan dan perabot keperluan rumah tangga, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan kayunya tanpa harus mengambil kayu ke hutan alam. Saat ini dengan ketatnya pelarangan Ilegal Logging, untuk memenuhi kebutuhan kayu yang sangat mahal dan langka dipasaran, masyarakat menebangi pohon buah-buahan seperti durian, manggis, kelapa. Apabila hal itu terus menerus dibiarkan berlanjut maka akan habislah seluruh tanaman buah-buahan yang ada sehingga suatu saat nanti untuk memenuhi kebutuhan buah-buahan harus mengimpor dari luar negeri. Pada akhirnya bila pohon buah-buahan masyarakat sudah habis masyarakat akan kembali merambah hutan, karena kebutuhan kayu pada dasarnya tidak dapat dicegah. Atas dasar pemikiran tersebut, dengan keunggulan-keunggulan yang dipunyai kayu Jabon, maka perlu menggalakkan masyarakat untuk menanam kayu Jabon, yang mana hal tersebut merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kebutuhan kayu secara lestari, dan diharapkan nantinya masyarakat akan melakukan penanaman kayu secara spontan dan mandiri. Dari percobaan penanaman di Kalimantan Selatan, tanaman Jabon yang ditanam pada tanggal 14 Maret 2004 diperoleh data sebagai berikut :
Pohon Umur 6 Bulan Umur 12 Bulan Umur 20 Bulan Umur 24 Bulan Diameter Tinggi Diameter Tinggi Diameter Tinggi Diameter Tinggi (cm) (m) (cm) (m) (cm) (m) (cm) (m) 1 5,09 2,30 10,50 5,60 15,92 10,00 17,00 12,00 2 5,73 2,71 12,73 6,25 16,56 11,65 18,00 12,00 3 5,73 2,45 11,14 5,60 14,65 10,70 15,00 12,00 4 5,09 2,37 11,45 6,05 16,56 11,08 18,00 12,00 5 4,35 2,11 11,14 5,40 15,92 10,55 18,50 12,00 6 3,18 1,47 9,55 4,80 13,38 8,92 14,50 12,00 7 5,09 2,67 11,14 6,15 14,65 10,55 15,00 12,00 8 5,73 3,44 12,73 6,20 15,29 10,70 17,00 12,00 Rerata 5,02 2,46 11,31 5,76 15,29 10,36 16,56 12,00 Analisa Usaha Kayu Jabon a. Persiapan Lahan dan Penanaman per Hektar Biaya persiapan lahan dan penanaman per hektar dengan populasi standar 800 pohon per hektar sebesar Rp 6.115.500. b. Pemeliharaan Tanaman Selama 6 Tahun Biaya pemeliharaan tanaman selama 6 tahun per hektar dengan populasi standar 800 pohon per hektar sebesar Rp 12.423.150. c. Produksi Kayu Glondongan (Log) Populasi awal = 800 pohon Pohon layak tebang (80%) = 640 pohon Diameter batang rata-rata = 40 cm Panjang batang efektif = 10 meter Produksi kayu Log per pohon = 0,5 m3 Produksi per hektar = 320 m3 d. Laba / Rugi per ha Biaya persiapan penanaman = Rp 6.115.500 Biaya pemeliharaan selama 6 tahun = Rp 12.423.150 Biaya tebang dan angkut (320 m3 x Rp 100.000/m3) = Rp 32.000.000 Jumlah Biaya = Rp 50.538.650 Pendapatan/ha/6 tahun = 320 m3 X Rp 962.000/m3 = Rp 307.840.000 Laba/Rugi/ha/6 tahun = Rp 307.840.000 – Rp 50.538.650 = Rp 257.301.350 Laba/ha/tahun = Rp 42.883.558
Pohon sengon dapat mencapai tinggi 30–45 meter dengan diameter batang 70–80 cm. Tajuk sengon berbentuk seperti payung dengan daun yang tidak terlalu lebat, daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dan mudah rontok. Daun sengon sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Pohon sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambut banyak mengandung bintil akar berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Keberadaan bintil akar membantu porositas tanah dan penyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Bunga tersusun dalam bentuk malai berukuran (0,5–1) cm, berwarna putih kekuningan dan sedikit berbulu terdiri dari bunga jantan dan betina, cara penyerbukan oleh angin dan serangga. Buah berbentuk polong, pipih, panjang (6–12) cm, setiap polong berisi (15–30) biji. Biji berbentuk mirip perisai kecil (3–4) x (6–7) mm, berwarna hijau, bagian tengah coklat jika sudah tua biji berwarna coklat kehitaman, agak keras, dan berlilin. Jumlah biji 40.000 butir/kg, daya kecambah rata-rata 80%, berat 1.000 butir 16–26 gram. Tempat Tumbuh Sengon tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol tekstur lempung berpasir atau lempung berdebu, pH tanah (6-7). Ketinggian tempat optimal (0–800) m dpl dan masih tumbuh baik sampai 1.500 m dpl, termasuk jenis tanaman tropis dengan suhu (18–27) °C, curah hujan tahunan (2.000–4.000) mm dengan kelembaban (50-75)%. Kegunaan Kayu Sengon Berat jenis kayu sengon 0,33 dan termasuk kelas awet IV – V. Kayu sengon merupakan kayu serba guna untuk konstruksi ringan bangunan rumah, forniture, papan peti kemas, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya. Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui Dephutbun untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ Daerah Aliran Sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra. Di Ambon kulit batang digunakan untuk penyamak jaring, kadang-kadang sebagai pengganti sabun. Ditanam sebagai pohon pelindung, tanaman hias, reboisasi dan penghijauan.
Analisa Usana Kayu Sengon a. Persiapan Lahan dan Penanaman per Hektar Biaya persiapan lahan dan penanaman per hektar dengan populasi standar 800 pohon per hektar sebesar Rp 4.315.500. b. Pemeliharaan Tanaman Selama 6 Tahun Biaya pemeliharaan tanaman selama 6 tahun per hektar dengan populasi standar 800 pohon per hektar sebesar Rp 10.886.400. c. Produksi Kayu Glondongan (Log) Populasi awal = 800 pohon Pohon layak tebang (80%) = 640 pohon Diameter batang rata-rata = 30 cm Panjang batang efektif = 7 meter Produksi kayu Log per pohon = 0,33 m3 Produksi per hektar = 211 m3 d. Laba / Rugi Biaya persiapan penanaman/ha = Rp 4.315.500/ha Biaya pemeliharaan selama 6 tahun = Rp 10.886.400/ha Biaya tebang & angkut (211 m3 x Rp 100.000/m3) = Rp 21.100.000/ha Jumlah Biaya = Rp 36.301.900/ha Pendapatan/ha/6 tahun = 211 m3 X Rp 853.000/m3 = Rp 179.983.000/ha Laba/Rugi/ha/6 tahun = Rp 179.983.000 – Rp 36.301.900 = Rp 143.681.100/ha Laba//ha/tahun = Rp 23.946.850 http://jualbibitkayu.wordpress.com/

Tidak ada komentar: